LINUX SISTEM OPERASI MASA DEPAN

LATAR BELAKANG.
Paper ini ditulis setelah mencermati perkembangan tekhnologi informasi yang berkembang pesat. Perkembangan ini membuat kita suka atau tidak harus mempelajari dan bila perlu mengikutinya. Hal ini perlu dilakukan karena tantangan masa depan yang akan kita hadapi bersama. Perangkat hardware dan software yang semakin mahal apalagi di saat krisis ini membuat kita mencari sumber daya yang murah dan baik untuk menghadapi era tekhnologi informasi yang pesat. Oleh karena itu kebutuhan akan sistem yang murah namun dapat digunakan secara optimal menjadi kebutuhan utama para user terutama para pelaku bisnis di perusahaan. Perkembangan ini menuntut pula para institusi pendidikan untuk mempersiapkan mahasiswanya dalam menghadapinya, yang mau tidak mau harus dihadapinya, ataupun mahasiswa juga harus membekali dirinya agar dapat bersaing di era globalisasi. Lagi-lagi untuk mencapai tujuan itu diperlukan perlengkapan pendidikan seperti perangkat hardware dan software yang tidak sedikit menguras dompet kita apalagi di saat krisis moneter yang melanda negeri kita.

PERKEMBANGAN KOMPUTER PADA AWALNYA.
Perkembangan komputer khususnya PC (Personal Computer) tidak lepas dari kemajuan tekhnologi CPU (Central Processing Unit). Perkembangan CPU yang begitu cepat dari jumlah transistor 2.300 pada tahun 1971 menjadi 7,5 juta pada tahun 1997 membuat kita berdecak kagum bukan main (jenis Intel). Perkembangan ini semula untuk diimplementasikan untuk menjalankan sistem operasi DOS (Disk Operating System) yang dikeluarkan oleh Microsoft sebagai pemasok software pada saat itu. Akan tetapi lama kelamaan munculah berbagai sistem operasi yang lain termasuk Linux sehingga perkembangan CPU menjadi meningkat serta diiringi muncul beberapa produsen prosesor pesaing selain Intel seperti AMD, Cyrix, IBM dan yang lainnya. Dan tentunya perkembangan ini pula menuntut kita untuk menuntut kita untuk mengembangkan dana kita supaya kita dapat mengikutinya dan mempelajarinya.

KELEMAHAN PROGRAM APLIKASI KOMERSIAL.
Kebutuhan program yang digunakan sebagai sarana belajar tidaklah sama, dengan program yang digunakan sehari-hari baik untuk development ataupun produksi. Dengan telah terbiasanya mahasiswa menggunakan program yang "kurang cocok" untuk tujuan belajar membuat mahasiswa yang "ingin benar-benar mempelajari tekhnologi komputer" menjadi tidak mencapai tujuannya atau tidak efektif. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Pengguna tidak memiliki dasar mengenai mekanisme perangkat keras dan lunak yang baik. Hal ini disebabkan perangkat lunak yang digunakan sebagai sarana untuk belajar hanya memberikan gambaran yang suram. Dari dinyalakan komputer hingga beroperasi, para pengguna tidak memahami proses apa yang terjadi pada saat boot up tersebut. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pendidikan bidang komputer yang menuntut untuk memahami proses tersebut.
2. Mereka tidak memahami komponen-komponen dasar pembentuk sistem perangkat lunak. Misal mereka tidak memiliki dasar pemahaman mengenai kernel, shell, user interface, windows manager, task manager, desktop manager, dan termasuk konsep jaringan.
3. Kebiasaan menggunakan GUI (Graphic User Interface) juga membuat pengguna kurang memiliki "sense of debugging".
4. Kekurangan ini menjadi user hanya menjadi end user belaka karena hanya menjadi pengguna program biasa. Padahal pengguna juga diharapkan untuk perlu menjadi pengguna yang memahami program yang ia gunakan.
         Sejak masa perkembangan tekhnologi komputer dan penggunaan sehari-hari, baik dalam praktikum maupun lainnya, mahasiswa menggunakan perangkat-perangkat lunak komersial tersebut. Sehingga secara otomatis ketika mahasiswa memasuki lingkungan kerja, mereka lebih "familiar" dengan perangkat lumak komersial tersebut. Padahal secara tidak langsung dapat memberikan wawasan yang sempit karena mereka hanya bisa memakai tetapi tidak bisa mengerti apa yang ada di dalam perangkat lunak komersial tersebut. Di lain pihak jika mereka memasuki lingkungan kerja yang menggunakan lingkungan UNIX, mereka menjadi tidak siap karena tidak dibekali pengetahuan ketrampilan dalam menggunakan UNIX. Padahal sebagian besar aplikasi "serius" seperti perbankan, perusahaan minyak, dll banyak yang menggunakan UNIX sebagai
sistem operasinya.
   Hal ini menimbulkan pendapat yang menyatakan bahwa mahasiswa lulusan perguruan tinggi komputer tidak siap untuk memasuki dunia industri. Beberapa PTS menyiasati hal ini dengan memberikan pelatihan tambahan untuk pengetahuan UNIX atau beberapa alumni mengambil pelatihan UNIX di luar kampus. Sehingga hal ini menyebabkan pengetahuan UNIX kurang populer di dalam kalangan pengguna.
Mengapa kurang populer :
1. Pelatihan UNIX memerlukan biaya yang mahal. Karena UNIX sendiri merupakan barang mahal bagi para pengguna.
2. Semakin populernya aplikasi berbasis DOS/Windows menjadi lebih menigkat karena anggapan "kemudahan untuk mencoba dan mempelajarinya". Padahal reliabilitasnya dipertanyakan.
3. Pengguna UNIX adalah rata-rata hanya para akademisi yang benar-benar serius dan beberapa perusahaan besar yang menggunakan sistem operasi ini. Dampak negatif dari program komersial adalah kebiasaan untuk membajak atau mencopy program secara illegal. Walaupun memang ada pendapat yang mengatakan bahwa jika tanpa bajakan maka para pengguna tidak akan mendapatkan aplikasi yang diinginkan karena biayanya yang mahal. Akan tetapi ternyata proses bajak membajak dapat mematikan potensi para programmer lokal enggan untuk mengembangkan aplikasinya sendiri karena banyaknya program bajakan di Indonesia dan lagipula apa pun tujuannya pembajakan merupakan pelanggaran hukum.
      Aplikasi DOS/Windows kurang menunjang atau membentuk kerangka berpikir pembuatan untuk membuat perangkat lunak sendiri atau tool sendiri. Padahal trend saat ini menggunakan pendekatan "user centered", artinya program dikembangkan sesuai dengan kebutuhan oleh user atau pengguna. Jadi seharusnya dengan makin merebaknya trend ini maka dalam membuat solusi tidak terjebak hanya memilih solusi jadinya atau sekedar menjadi agen penjual saja. Hal ini berbeda dangan kebiasaan bekerja di dalam lingkungan UNIX, yang memiliki konsep "tools make tools". Para mahasiswa akan cenderung terdorong untuk mebuat program atau "tool" yang sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Dan diharapkan akan menciptakan inovasi-inovasi tekhnologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan user setempat.

KONDISI SAAT INI.
Krisis moneter jelas memberikan dampak pada penentuan arah kebijakan pengembangan tekhnoogi informasi, baik di sisi penggunaan maupun pendidikan. Dengan merosotnya kemampuan finansial pada semua institusi termasuk juga institusi pendidikan maka kemampuan untuk membeli perangkat keras dan lunak semakin menurun. Padahal penggunaan perangkat lunak "sistem operasi baru" membutuhkan perangkat keras yang lebih besar. Tetapi situasi seperti ini membuat kita dilematis. Di satu sisi kita menginginkan adanya sistem tekhnologi informasi yang mencukupi untuk meningkatkan kondisi ekonomi. Misal kebutuhan akan mail server, web server, sistem pemrosesan dokumen yang bisa menekan biaya operasional pada saat ini krusial. Tetapi di satu sisi yang lain, kebutuhan itu dapat diatasi jika menggunakan solusi berbasiskan perangkat lunak yang populer, akan membutuhkan tambahan biaya untuk perangkat keras dan lunak yang tidak sedikit. Sehingga dibutuhkan perangkat lunak alternatif yang murah tetapi yang tidak membutuhkan perangkat keras yang terlalu canggih namun mempunyai fungsi yang optimal. Bukan hanya mengejar mode belaka atau popularitas tetapi fungsi dari sistem tersebut harus terwujud.

1 komentar: