Dua Hujan Meteor Terindah dalam Sejarah Akan Hadir di Bulan November

Hujan Meteor Orionid

Setelah hujan meteor Orionid pada Oktober kemarin, November ini akan dibuka dengan hujan meteor Taurid. Hujan meteor yang satu ini sebenarnya hujan meteor minor, atau berintensitas kecil, namun sering memproduksi fireball.

Fireball atau bola api sendiri merupakan sebuah meteor besar yang terbakar di atmosfer. Karena berukuran besar itulah, ia akan tampak lebih terang daripada meteor biasa. Namun, tenang saja, bola api tidak akan sampai menabrak permukaan Bumi karena ia akan habis terbakar di atmosfer.

Setiap tahun, sebenarnya ada dua kali peristiwa hujan meteor Taurid. Yakni hujan meteor Taurid Selatan yang memuncak setiap tanggal 5 November dan hujan meteor Taurid Utara yang puncaknya terjadi setiap 12 November 2017.

Baca Juga : Asteroid Touring Nanosat Armada Mengunjungi 300 Asteroid Dengan 50 Kapal

Sayangnya, untuk tahun ini, hujan meteor Taurid Selatan bertepatan dengan fase Bulan purnama, sehingga cahaya Bulan yang sangat terang akan menganggu serta meredupkan meteor-meteor yang sejatinya sudah redup. Dengan begitu, kita akan kesulitan mengamati hujan meteor ini.

Walakin, hujan meteor Taurid Utara memiliki prospek yang lebih baik. Bulan yang sudah berumur 24 hari pada saat aktivitas puncak hujan meteor Taurid Utara terjadi tidak akan menyebabkan gangguan bagi Anda yang ingin melakukan pengamatan.

Perhatikan gambar peta langit di atas, tampak ada dua titik radian hujan meteor di sana. Untuk hujan meteor Taurid Utara yang bisa disaksikan akhir pekan nanti, titik radiannya ada di dekat gugus bintang Pleiades, tepatnya pada asensio rekta 04h00m, deklinasi 22°U.

Baca Juga : Sesuatu Yang Unik Ditemukan Di Tata Surya: Asteroid Gaya Komet Biner

Titik radian sendiri merupakan titik di mana meteor-meteor seolah muncul. Jadi, dengan menemukan titik radian ini, kesempatan melihat lesatan meteor menjadi lebih tinggi. Titik radian Taurid Utara ini bisa diamati di langit timur mulai pukul 9 malam waktu setempat daerah Anda.

Oh iya, hujan meteor ini sendiri berasal dari debris komet 2P/Encke. Dalam orbitnya mengelilingi Matahari, komet tersebut meninggalkan debris atau puing-puing komet di jalur orbit yang dilewatinya. Nah, setiap tanggal 5 dan 12 November, Bumi melintasi bekas jalur orbit komet ini, sehingga debris tadi tertarik gravitasi Bumi lalu masuk dan terbakar di atmosfer sebagai meteor.

Baca Juga : NASA Temukan 20 Planet Mirip Bumi

Tingkat intensitas meteor pada Taurid Utara diperkirakan mencapai sekitar 10 meteor per jam. Namun, dengan asumsi langit dan lokasi pengamatan Anda sangat gelap tanpa ada gangguan polusi cahaya maupun cuaca berawan. Jumlah meteor yang Anda akan lihat mungkin akan lebih rendah bila Anda mengamati di tengah kota atau lokasi dengan tingkat polusi cahaya tinggi.

Pengamatan hujan meteor ini bisa dan wajib dilakukan dengan mata telanjang. Penggunaan teleskop akan sangat mengganggu karena alat optik tersebut memiliki bidang pandang yang kecil, sedangkan mengamati hujan meteor perlu bidang pandang yang luas.

Sumber : infoastronomy

0 komentar